;

Translate

Saturday, August 24, 2013

Mengenal Aceh dan Irian Jaya

Saturday, August 24, 2013

 

ACEH YANG DIKENAL DENGAN JULUKAN TANAH RENCONG

Inilah Nama Kota dan Kabupaten yang ada di Aceh. Kabupaten Aceh Besar (Janto), Aceh Pidie (Sigli), Aceh Utara (Lhokseumawe), Aceh Timur (Langsa), Aceh Tengah (Takengon/Gayo), Aceh Tenggara (Kotacane), Aceh Barat (Meulaboh) dan Kabupaten Aceh Selatan (Tapak Tuan).

Aceh, dikenal dengan rencongnya. Dalam k2sempatan ini dipamerkan berbagai jenis rencong yang sangat unik dan halus buatannya. Hiasan rencong dibuat dari gading, ada pula yang dibalut emas, bahkan dihiasi dengan berlian. Di samping itu akan diadakan pameran dan penjualan kerajinan rakyat, di antaranya sulaman benang emas.


Dalam seni musik, masyarakat Aceh mengenal musik tradisional Serunai Kale, yakni bunyi irama seruling yang mengiringi lagu bernafaskan religius. Lagu-lagu yang di¬bawakan adalah berisikan keagungan Tuhan yang sering disebut "Rabana" dan kisah Nabi Muhammad SAW.

Unsur religi juga nampak pada tanampai Aceh dan tari Hu ( = menyala). Gerakan tubuh yang menimbulkan bunyi dipadu dengan suara mulut penarinya, membuat tari ini sangat menarik dan unik.

Masyarakat Aceh mengenal kesenian P'mtoh, yaitu suatu kisah berlagu yang dilakukan oleh seorang pemain dengan rebana melagukan syair yang diucapkan dengan improvisasi, spontan dan terasa komunikatif dengan yang hadir.

PERAGAAN UPACARA PERDAMAIAN (KAMUKI) IRIAN JAYA


Pada zaman dahulu kala, peperangan antar suku sering terjadi di daerah Irian Jaya. Suku yang kuat ingin memperluas kekuasaannya dengan menyerang wilayah suku lain, maka terjadilah peperangan.

Perang antar suku ini bisa berlangsung lama, sehingga banyak mengorbankan jiwa dan harta benda. Untuk mengatasi pertumpahan darah yang berlarut-larut, para pemuka adat mengambil kebijaksanaan dengan mengadakan persetujuan perdamaian yang disebut "Kamuki".


Berkaitan dengan upacara perdamaian antar suku itu, Anjungan Daerah Irian Jaya menampilkan peragaan upacara "Kamuki", yang dilaksanakan oleh Suku "Bira" dan Suku "Waropen".

Dalam acara itu kedua Panglima perang dari masing-masing suku memegang sepotong bambu. Kemudian seorang pemuka adat yang disegani tampil ke depan memotong bambu tersebut menjadi 2.

Acara berlangsung dengan diiringi petuah-petuah yang intinya agar tidak terjadi lagi peperangan. karena perang itu merusak, merugikan, dan menghancurkan kehidupan_ Acara dilanjutkan dengan sajian tari "Ular" dari suku "Waropen" dan tari "Nakoda" dari suku "Bira". 

Kemudian kedua kelompok suku tersebut bergabung diri dengan membawakan tan Yosin, tari Pancar dan Lemon Nipis. Dan permusuhan pun berubah menjadi pesta gembira dari dua suku tersebut.
(Sumber Buku :  TAMAN MINI "INDONESIA INDAH")


TRIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

SEJARAH BUDAYA - 12:39 AM