;

Translate

Tuesday, August 27, 2013

Suku-suku Di Kalimantan, Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Bukit, dan Suku Dayak Mali

Tuesday, August 27, 2013

Kalimantan salah satu Pulau yang kaya dengan budaya, terutama dari segi sosiologinya. Suku-suku di Kalimantan di dominasi oleh Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Bukit, Suku Dayak Mali, dan Suku Dayak Benuaq.

Suku Dayak Bakumpai

Suku Dayak Bakumpai adalah bagian atau subetnik dari Suku Dayak, nama bakumpai ialah sebutan bagi Suku Dayak yang mendiami aliran sungai Barito. Kata Bakumpai secara etimologi memiliki dua kata yang memiliki arti tersendiri. Ba yang berarti memiliki, sedangkan Kumpai memiliki arti suku yang mendiami wilayah dengan rumput banyak.

Suku-suku di Kalimantan, Suku Dayak Mali, Bakumpai, Bukit,

Kebannyakan Suku Bakumpai ini mendiami sepajang Sungai Barito, mereka mendiami kota Marbahan, Barito Kuala,  Puruk Gahu, dan Murung Raya. Sedangkan Suku Bakumpai terbanyak terdapat di Kabupaten Barito Kuala. 

Sebagian Suku Bakumpai bermigrasi dari hulu Sungai Barito menuju hulu Sungai Mahakam, yaitu ke Long Iram,  Kutai Barat, dan Kalimantan Timur.
Suku Dayak Bakumpai pada awalnya beragama nenek moyangnya, namun setelah membentuk sebuah suku bagsa Bakumpai sekarang mereka memeluk agama Islam.

Suku Dayak Bukit

Suku Dayak Bukit ini dinamakan juga Suku Ukit, Buket, Bukat atau Bukut. Namun sebutan yang dipakai yaitu suku Dayak Meratus alasanya karena Suku Dayak Bukit merupakan suku asli yang mendiami Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan.

Bagi masyarakat setempat kata Bukit bermakna sekelompok orang atau rumpun keluarga yang merupakan cikal bakan masyarakat lainnya. Sebagian besar suku Dayak Meratus terdapat di Kabupaten Kota Baru.

Dalam segi tempat tingga suku Dayak Bukit Berbeda dengan suku Dayak, biasanya suku Dayak tinggal di rumah Panjang namun untuk suku Dayak Bukit mereka tinggal di rumah besar yang dinamakan Balai. Balai berbentuk memusat, tidak berbentuk panjang seperti kebanyakan rumah adat suku Dayak.

Suku Dayak Mali

Suku Dayak Mali sangat menghormati kepala Adat atau Demang. Jabatan demang merupakan jabatan tertinggi dalam adat. Sedangkan pemuka adat yang lain adalah panglima perang.
Agama yang dianut di suku ini yaitu Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Namun masih ada sebagian yang menganut kepoercayaan atau agam nenek moyang yaitu Animisme dan Dinamisme.

Kehidupan Suku Mali kebanyak diisi dengan berladang karena berladang menurut mereka tradisi dari nenek moyang, dan melakukan berladangnya slalu berpindah-pindah, alasannya karena menurut mereka lading berpindah-pindah berkaitan dengan kesuburan tanah. Mereka percaya bahwa ladang yang dibuka setiap tahun akan mengurangi kesuburan.

Pelaturan hukum adat di Suku Dayak Mali sangat dijungjung tinggi, bagi suku Dayak Mali mendapatkan hukuman adat  merupakan hukuman yang sangat memalukan.

Masyarakat Dayak Mali membangun pedagi sebagai tempat penyembahan kepada Jubata (Tuhan). Pedagi merupakan tempat untuk menaruh persembahan dalam upacara adat. Dayak Mali mereka meyakini bahwa pedagi  merupaan rumah sementara Jubata di dunia ini. Pedagi biasanya dibangun dekat dengan rumah penduduk.

“Kamang” dipercaya masyarakat Dayak Mali sebagai pembawa kejahatan dan penyakit. Masyarakat Dayak Mali halnya membuat persembahan untuk “Kamang” apabila ada hajatan kampung secara besar-besaran, seperti syukuran setelah panen atau ketika ada perang.

Untuk Suku Dayak Benuaq Telah di bahas pada postingan sebelumnya_

(Sumber Buku: Keanekaragaman suku di  Indonesia, M. Hakim H, Penerbit Tropica. Sumber Foto: news.flyontiket.com )




TRIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

SEJARAH BUDAYA - 9:49 AM