;

Translate

Thursday, October 17, 2013

Biografi Pangeran Diponegoro

Thursday, October 17, 2013

Pangeran Diponegoro lahir pada tanggal 11 November 1785. Ia adalah putra Sultan hamengku Buwono Ageng yang Saleh, Janda Sultan Hamengju Buwono I.
Sikap Belanda yang kerap mengadu domba, merendahkan martabat raja-raja jawa, serta melakukan penindasan terhadap rakyat kecil, seperti merampas tanah-tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan pengusaha-pengusaha Belanda, merupakan alas an dasar mengapa Pangeran Diponegoro memberontak. 

Sepanjang tahun 1825-1830, Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap Belanda, sampai kemudian ditangkap setelah ditipu Belanda secara licik. Setelah mengundurkan diri dari keangotaan Dewan Mangkubumi, ia dan pasukannya menetap di Tegalrejo. 

Belanda mengetahuinya dan meyerang Tegalrejo pada tanggal 20 juli 1825. Pasukan Diponegoro lalu berpindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya. Perjuangan Diponegoro mendapat sambutan dari berbagai pihak, yaitu bangsawan, ulama, dan petani.

Biografi Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro, Biodata Pangeran Diponegoro, Sejarah Pangeran Diponegoro, Pahlawan Nasional, Nama Pahlawan Indonesia, Nama Pahlawan Nasional

Mereka menggabungkan diri dengan pasukan pangeran Diponegoro, termasuk seorang ulam besar, Kyai Mojo dan Sentot Alibasyah Prawirodirjo, bangsawan yang kemudian menjadi panglima utamanya.

Belanda yang sangat kewalahan atas serangan-serangan Diponegoro, akhirnya menukar siasat perangnya dengan system benteng. Belanada mendirikan benteng di segala penjuru, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro menjadi sempit. Selain itu,  Belanda membujuk beberapa tokoh perlawanan agar menghentikan perang. Sejak itu, kekuatan perlawanan Diponegoro menjadi kurang dan lemah. 

Walaupun begitu, Diponegoro tidak berniat untuk menyerah kepada Belanda. Belanda kemudian mengumumkan hadiah 20.000 ringgit bagi siapa saja yang dapat menangkap Pangeran  Diponegoro. Namun demikian, rakyat tak mau dikelabui dan mereka tak hendak menghianati pemimpin yang mereka cintai.

Setelah tentara-tentaranya banyak yang mati, dan menelan dana yang sangat banyak, hampir 20 juta gulden, Belanda menjebk Pangeran Diponegoro dalam suatu siasat perundingan di Magelang, tanggal 28 Maret 1830.

Pangeran Diponegoro pun tertangkap, lalu di buang ke Manado. Selanjutnya, ia dipindahkan ke Ujung Pandang dan meninggal di sana pada tanggal 8 januari 1855. Untuk mewariskan nulai-nilai dan semangat perjuangannya, pada tanggal 9 Agustus 1969, diresmikanlah Museum Monumen Diponegoro oleh presiden Soeharto di Yogyakarta. Museum ini berisi berbagai koleksi mata uang kuno, lukisan-lukisan, foto-foto, dan berbagai jenis senjata tradisional yang pernah digunakan oleh para pengikut Pangeran diponegoro.

Melalui  surat keputusan Presiden RI No. 087/ TKA 973 pada tanggal 6 November 1973 pemerintah menganugerahi gelar pahlawan Nasional kepada Pangeran Diponegoro. Semanagtnya yang  pantang menyerah dan jiwa patriotic yang konsisten dalam membela rakyat kecil atas penindasan Belanda merupakan sikap dan jiwa yang pantas untuk diteladani oleh kita semua.

Sumber Buku: TOKOH & PAHLAWAN Seri Pejuang Kemerdekaan. Penerbit: PT. LESTARI KIRANATAMA. Sumber Foto: http://m.news.viva.co.id/news



TRIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

SEJARAH BUDAYA - 11:32 PM